Archive for January 2010

Sri, Kesalahan atau Kejahatan

20 January 2010

Sebagai rakyat biasa, belakangan ini saya sering sakit kepala menyaksikan siaran tentang ”pengadilan”. Apalagi ”pengadilan” yang mengusik nurani. ”Pengadilan” itu mencari ”kesalahan” dan setiap menemukan kesalahan, mereka minta dicatat dan ditindaklanjuti. Yang ”bersalah” agar dihukum.

Vonis hukuman pun memiliki beragam motif. Tidak melulu untuk menimbulkan efek jera atau memberi rasa keadilan. Ada vonis yang bertujuan sekadar menjalankan tugas, menyenangkan atasan, menjalankan aspek-aspek legalistik-formal, balas dendam, dan mempermalukan orang. (more…)

Berhukum dengan Hukum yang Hidup

13 January 2010

Jumat 8/1/2010 pagi, Prof Dr Satjipto Rahardjo, SH, MA wafat di Jakarta. Sabtu pagi, jenazah almarhum dibawa dari rumah duka untuk disemayamkan sebentar di auditorium kampus Pleburan, Undip, sebelum dimakamkan pagi itu juga. Kita telah kehilangan seorang pakar Sosiologi Hukum, pemerhati penegakan hukum, dan pembelajar Telaah Kepolisian.

Kita tidak akan lagi membaca artikel-artikelnya yang ringkas-bernas dan mengungkapkan opini yang berani tentang penegakan hukum di Indonesia. Syukurlah bahwa redaksi Kompas dalam edisi 9/1/2010 telah dan berjanji akan masih memuat artikel-artikel Prof Satjipto Rahardjo secara pascamerta. (more…)

Bapak Ceplas-ceplos Nasional

7 January 2010

Banyak hal terkuak sepeninggal Gus Dur. Ternyata sebagai bangsa kita masih saja terlalu silau pada hal-hal yang seolah-olah besar dan mentereng. Sebutan ‘Bapak Pluralisme’ dan ‘Bapak Demokrasi’ buat almarhum menunjukkan keterpukauan itu. Yang rinci dan seolah-olah kecil kita abaikan.

Keceplas-ceplosan Gus Dur kita anggap unsur sepele. Kita lekas melupakannya. Padahal, sejatinya, unsur tampak remeh-temeh inilah yang justru paling menentukan vitalnya kedudukan Gus Dur di tengah kemunafikan Nusantara. (more…)

Feyerabend von Jombang

6 January 2010

Saya tidak kenal secara pribadi dengan Gus Dur, tetapi saya mengaguminya walaupun tidak tanpa reservasi. Tokoh quirkology (> kelirulogi?) Jaya Suprana menyamakan Gus Dur dengan Sokrates.

Itu ada benarnya sebab Gus Dur dan Sokrates sama-sama memiliki keberanian dan otonomi moral untuk berpihak kepada apa yang diyakini mereka sebagai kebenaran, apa pun risikonya. Gus Dur memang tidak mere- lakan jiwanya dengan mereguk racun demi mempertahankan kebenaran sebab Gus Dur tidak pernah dihadapmukakan dengan keharusan semacam itu. (more…)