Puisi Madura: Upaya Pertahankan Bahasa Daerah

Sidoarjo, Kompas – Tidak hanya bahasa Jawa yang terancam ditinggalkan oleh penggunanya, bahasa Madura pun mengalami kondisi yang tidak jauh berbeda. Sebagai upaya mengangkat derajat bahasa Madura, Balai Bahasa Surabaya menyelenggarakan lomba penulisan puisi berbahasa Madura.

Ketua Dewan Juri Lomba Penulisan Puisi Bahasa Madura D Zawawi Imron, Senin (18/9), menilai, sejumlah puisi yang diikutkan dalam lomba cukup bagus. Kemurnian penggunaan bahasa Madura masih terjamin.

“Sebagai penyair modern, sebagian dari mereka membuat puisi bernuansa kekinian,” katanya. Meski bercerita tentang situasi masa kini, rasa Maduranya masih ada. Jika karya puisi Madura lama cenderung melakukan permainan bunyi-bunyi yang bagus, puisi yang diciptakan penyair modern lebih kreatif. Tidak lagi seperti syiir dan papregan (parikan).

Dewan Juri yang terdiri dari budayawan D Zawawi Imron, Dosen Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya Sri Ratnawati, dan penyair Timur Budi Radja memutuskan juara pertama adalah Hesbullah dari Universitas Madura dengan puisi Nemor Mara, juara kedua Kadarisman dari STKIP PGRI Sumenep dengan puisi Pello Koneng, dan juara ketiga Meta Mega Silvia dari SMA Negeri 3 Pamekasan dengan puisi Na’kana’ Ni’ Keni’ Ko’ Ta’ Akato’.

Kepala Balai Bahasa Surabaya, Amir Mahmud, mengatakan, hasil penelitian pada tahun 2000 menunjukkan, penutur bahasa Madura mencapai 15 juta orang. Namun, dalam perkembangannya cenderung mengalami penurunan. Karena itu, Balai Bahasa Surabaya menitikberatkan pada pemartabatan bahasa Madura. “Selain lomba penulisan puisi bahasa Madura, Balai Bahasa Surabaya akan mengadakan lomba penulisan cerpen berbahasa Madura serta lomba pidato bahasa Madura,” katanya.

Sri Ratnawati mengatakan, dalam interaksi sosial ataupun dalam pergaulan keseharian kalangan orang muda Madura cenderung lebih suka berbahasa Indonesia daripada bahasa Madura.

“Sekitar tahun 1980 saya melakukan penelitian di kalangan ibu-ibu di wilayah Pendalungan, terutama ibu-ibu yang tingggal di kompleks perumahan. Ternyata mereka tidak menggunakan bahasa Madura dalam interaksi sosialnya, tetapi bahasa Indonesia,” katanya. (TIF)

Sumber: Kompas, 19/09/06

Explore posts in the same categories: Berita, Madura

7 Comments on “Puisi Madura: Upaya Pertahankan Bahasa Daerah”

  1. harris Says:

    saya ikut berbangga dengan upaya pengangkatan derajat bahasa Madura khususnya, dan pengharkatan budaya madura pada umumnya yang telah dilakukanan oleh LPPM ini.

    sebagai orang madura yang lebih dari separuh umur dihabiskan di luar madura (s.d. umur hampir 40 tahun saat ini malah) saya sering merasa prihatin dengan kecenderungan orang madura yang kurang “pede” menunjukkan kemaduraannya. terbukti banyak orang-orang madura, yang secara sadar atau tidak, tidak berani secara terang-terangan menunjukkan identitas kemaduraannya. bandingkan dengan saudara-saudara kita dari jawa atau batak yang malah bangga menunjukkan identitas kesukuan mereka.

    sebagian orang madura masih hidup dibawah bayang-bayang “kebesaran” suku lain, yang kadang tercermin dalam perilaku maupun logat penuturan kebahasaan, terbukti dengan seringnya kita lihat bahwa (bahkan) dalam berbahasa indonesia pun, orang madura lebih “pede” menggunakan logat “kejawa-jawaan”.

    bukan salah atau benar, namun sudah saatnya bagi orang-orang madura untuk “memberdayakan” kebudayaannya sendiri. jangan lagi membiarkan “orang luar” mengenal madura dari persepsi mereka. sudah saatnya orang madura maju dan menegakkan kebanggaan akan identitas diri yang agung dan sejajar dengan saudara-saudaranya dari suku lain.

    selamat kepada panitia lomba yang sukses menyelenggarakan acara. semoga acara ini akan makin terdengar gaungnya di masa-masa mendatang.

  2. harris Says:

    saya ikut berbangga dengan upaya pengangkatan derajat bahasa Madura khususnya, dan pengharkatan budaya madura pada umumnya yang telah dilakukanan oleh LPPM ini.

    sebagai orang madura yang lebih dari separuh umur dihabiskan di luar madura (s.d. umur hampir 40 tahun saat ini malah) saya sering merasa prihatin dengan kecenderungan orang madura yang kurang “pede” menunjukkan kemaduraannya. terbukti banyak orang-orang madura, yang secara sadar atau tidak, tidak berani secara terang-terangan menunjukkan identitas kemaduraannya. bandingkan dengan saudara-saudara kita dari jawa atau batak yang malah bangga menunjukkan identitas kesukuan mereka.

    sebagian orang madura masih hidup dibawah bayang-bayang “kebesaran” suku lain, yang kadang tercermin dalam perilaku maupun logat penuturan kebahasaan, terbukti dengan seringnya kita lihat bahwa (bahkan) dalam berbahasa indonesia pun, orang madura lebih “pede” menggunakan logat “kejawa-jawaan”.

    bukan salah atau benar, namun sudah saatnya bagi orang-orang madura untuk “memberdayakan” kebudayaannya sendiri. jangan lagi membiarkan “orang luar” mengenal madura dari persepsi mereka. sudah saatnya orang madura maju dan menegakkan kebanggaan akan identitas diri yang agung dan sejajar dengan saudara-saudaranya dari suku lain.

    selamat kepada panitia lomba yang sukses menyelenggarakan acara. semoga acara ini akan makin terdengar gaungnya di masa-masa mendatang…….


  3. entah apa yang dapat saya katakan. ini benar-benar upaya yang harus terus kita upayakan dengan intensif. kita tentu saja tidak ingin bahasa madura, salah satu khazanah kekayaan bangsa kita tersebut lenyap ditelan bumi. saatnya kita generasi muda ingat dan mau bersama-sam menyelamatkan bahasa madura. dan yang terpenting uoaya mempertahankan bahasa madura bukan dengan lomba puisi bahasa madura, melainkan dengan “menyuruh” bapak ibu muda mengajarkan bayi-bayi nya dengan bahasa madura bukan bahasa indonesia

  4. fela Says:

    saya mau minta hasil karya puisi bahasa jawa tentang atau bertema pahlawan


  5. tak ada bisa dibanggakan dalam diri seseorang selain ketika ia mampu mengangkat nama baik budaya ketingkat nasional dan bahkan internasional, begitupun dengan bahasa madura sebagai salah satu sekian ratus bahasa daerah yang ada di Indonesia. adalah satu kebodohan bagi orang-orang yang — entah disengaja atau tidak– ingin menghilangkan begitu bahasa daerahnya. mengapa kita tidak meniru sunda, betawi, batak, dan daerah-daerah lainnya, yang dengan bangga mempromosikan bahasanya, lebih-lebih dalam bentuk film. kalau tidak hanya lomba puisi berbahasa madura akan tetapi perlu mengangkatnya dalam sebuah festival film berbahasa daerah, sebagai upaya mempertahankan bahasa-bahasa daerah, lebih-lebih bahasa madura tanpa harus melupakan bahasa kesatuan, indonesia

  6. alfan bramestia Says:

    Suramadu akan selese dalam beberapa bulan kedepan. Tapi bagaimana dengan SDM Madura sendiri “Apakah sudah siap?”. Pernyataan ini sudah sering dan berkali-kali terlontar. Namun hal itu bisa diatasi jika orang Madura sendiri mau prihatin dengan sukunya. Bagi orang-orang yg telah “sukses” dengan kembali lg ke Madura dan membangun SDM mejadi salah satu cara yg ampuh. Tapi bagaimana mau “kembali” jika orang yang berada di “luar” Madura tsb tidak “mau” berbicara dengan bahasa madura. Mungkin saja merasa “malu” bahkan mengaku sebagai orang Madura saja tidak mau. Bagaimana mungkin bahasa ini bisa terus terjaga…


Leave a reply to fela Cancel reply